Pertumbuhan generasi suatu bangsa adalah pertama kali berada di buaian para ibu. Ini berarti seorang ibu telah mengambil jatah yang besar dalam pembentukan pribadi sebuah generasi. Ini adalah tugas yan besar! Mengajari mereka kalimat Laa Ilaaha Illalloh, menancapkan tauhid ke dada-dada mereka, menanamkan kecintaan pada Al-Quran dan As-Sunah sebagai pedoman hidup, kecintaan pada ilmu, kecintaan pada Al Haq, mengajari mereka bagaimana beribadah pada Alloh yang telah menciptakan mereka, mengajari mereka akhlak-akhlak mulia, mengajari mereka bagaimana menjadi pemberani tapi tidak sombong, mengajari mereka untuk bersyukur, mengajari bersabar, mengajri mereka arti disiplin, tanggung jawab, mengajari mereka rasa empati, menghargai orang lain, memaafkan, dan masih banyak lagi.
Termasuk di dalamnya hal yang menurut banyak orang dianggap sebagai sesuatu yang kecil dan remeh, seperti mengajarkan pada anak adab ke kamar mandi. Bukan hanya sekedar supaya anak tau bahwa masuk kamar mandi itu dengan kaki kiri, tapi bagaimana supaya hal semacam itu bisa menjadi kebiasaan yang lekat padanya. Butuh ketelatenan dan kesabaran untuk membiasakannya.
Siapa Menanam, Dia akan Menuai Benih
BAGAIMANA rasanya hati seorang ibu melihat anak-anaknya tumbuh? Ketika tabungan anak kita yang usia lima tahun mulai menumpuk, lalu kita bertanya, "Mau untuk apa Nak, tabungannya?" Mata rasanya haru ketika anak menjawab "Mau buat beli CD murotal, Ma!" Padahal anak-anak lain kebanyakan akan menjawab "Mau buat beli PS!" atau ketika ditanya tentang cita-cita, "Adek pengen jadi ulama!" Haru mendengar jawaban ini dari seorang anak tatkala anak-anak seusianya bermimpi "pengen jadi superman!"
Jiwa seperti ini bagaimana membentuknya? Butuh seorang pendidik yang ulet dan telaten. Bersungguh-sungguh, dengan tekad yang kuat. Seorang yang sabar untuk setiap hari menempa dengan dibekali ilmu yang kuat. Penuh dengan tawakal dan bergantung pada Alloh Subhanahu wa Ta'ala.
sumber : NUANSA